” Pak..anaknya udah berapa ?” aku bertanya pada supir kantor yg membawaku kembali ke kantor malam itu. pengen tau aja..
“anak saya udah dua bu..satunya umur 6 thn dan satunya umur 2 tahun” jawabnya
Wahhhh bapak nikah muda dong ?? lalu dia menjelaskan bahwa sebenarnya anak yg umur 6 tahun itu adalah anak nya dari istri pertamanya waktu dia masih jadi supir truk di Tangerang.Sementara anak ke dua nya itu anak nya dengan istri yg sekarang. Lho berarti bapak nikah dua kali dong ?? kagett seh abis umurnya masih muda baru 30′an gitu.Dia bilang iyah cuma istrinya yg pertama meninggal waktu melahirkan anaknya yg pertama itu.
Ck…ck..gak nyangka deh.Dan yg mengagetkan aku waktu dia bilang istrinya yg sekarang tidak tahu menahu tentang anak nya yg pertama itu.Lho trus yg ngasuh anaknya sapa ? dia bilang di asuh sama kakek dan neneknya dan setahu istrinya itu anak angkat.Wahhhh emang bisa begitu ya ?? aku makin penasaran dengan kehidupan yg mereka jalani setiap harinya,dan itu membuat aku terus bertanya.Maklum dia hidup serumah dengan anak kandungnya yg memanggil dia dgn sebutan “Om”
Alasannya klise dia takut berterus-terang pada istrinya yg sekarang kalau itu anaknya,karna istrinya pasti akan marah besar.Sempat beberapa kali si istri curiga karna bila si suami pulang larut, si anak yg gelisah dan nanyain terus ” Om kenapa belum pulang ya ? ” dan dia nungguin sampai si Om pulang.Pastilah ada ikatan batin antara mereka makanya si anak selalu kwatir bila si “Om” pulang larut.Akhirnya aku saranin untuk berterus-terang pada istrinya dan juga anaknya.Nanti dan sekarang reaksi istri pasti sama yaitu marah jadi mending sekarang di kasih tau.Lagian kasihan si anak juga ayah kandung yg seharusnya dia panggil dgn sebutan “Ayah” malah di panggil “Om”.
Humm perjalanan menuju kantor malam itu membuatku termenung bahwa setiap manusia punya masa lalunya sendiri.Ada yg berbekas dan belum bisa mengakuinya dengan jujur dan juga ada yg tidak berbekas tapi mau mengakuinya dengan jujur. Ya mudah2′an si Bapak punya keberanian untuk berterus terang dan si istri dan anak bisa menerimanya dengan lapang dada.
0 comments:
Post a Comment